Prompt 46: Ketika Ibu Jatuh Cinta

Ibu keluar dari kamar. Kulihat ada warna biru dan juga glitter di kelopak matanya. Ada sapuan warna merah muda di pipinya. Kuamati pula warna merah menyala di bibirnya. Aku menghela napas panjang.

“Selamat pagi, Bu,” sapaku. “Ibu mau ke mana? Kok sepagi ini sudah dandan cantik banget begitu?”

“Hari ini nanti, Ibu ada kencan sama Om Rudi. Sebentar lagi dia juga akan jemput Ibu.”

Om Rudi? Aku hanya diam. Ada perih menjalar di dada. “Bu…”

Ibu menoleh dengan sorot mata bertanya. “Ya, Ri?”

“Memangnya Ibu beneran cinta ya, sama Om Rudi ini?”

“Dia itu lelaki sempurna, Ri. Lelaki yang bertanggung jawab. Lelaki yang diinginkan semua perempuan seperti Ibu. Seperti dewa, Ri.”

Dan aku tak bisa berkata-kata lagi.

* * *

Berjalan di sepanjang selasar, Ibu tiba-tiba menghentikan langkahnya. “Ri, kamu lihat lelaki yang di sana itu, Ri? Itu Om Rudi, Ri!”

Dan sebelum bisa kucegah, Ibu sudah tergopoh-gopoh menghampiri lelaki yang sedang berlagak menyanyi di atas kursi panjang. Aku berusaha mengejarnya, namun ternyata Ibu masih saja sigap di usianya yang ke-55. Ia sudah memeluk lelaki itu begitu erat.

“Rudiii, oh Rudi. Aku kangen sekali denganmu, Rud. Ke mana saja selama ini?”

Lelaki yang entah siapa itu membalas pelukan Ibu. Ia tertawa-tawa.

Aku berusaha melepaskan Ibu dari pelukan lelaki asing itu. “Ibu, Om Rudi sudah di penjara, Bu. Dia jahat. Jangan begini, Bu. Ria sedih. Ria pengen Ibu sembuh. Biar saja Om Rudi membawa lari semua harta kita, asal Ria masih bisa sama Ibu. Ayo, Bu, kita ke sini buat berobat, Bu. Kita ketemu dokter yuk,” ratapku.

Ibu meraung. “Om Rudi nggak jahat, Ria!! Dia mencintai Ibu, seperti ayahmu dulu mencintai Ibu!”

Sekelompok petugas berseragam putih datang berlari-lari, berusaha membantuku membawa Ibu.

— Σnd —

Yogyakarta, 13 April 2014 @ 01:36

281 kata

Untuk Monday FlashFiction’s Writing Prompt

6 thoughts on “Prompt 46: Ketika Ibu Jatuh Cinta

Komennya dong, Kakak ^^